Home         Who Am I         Corner         Rate Card         Disclosure         Privacy Policy         Wishlist

28 June 2016

Remember A Moment with Vira Safitri

 

 


Holaaa... 
 


Setelah kemarin kita ada Bincang Santai Special, Full of Love with 4 Penulis Kece, nah sekarang saatnya kita Remember A Moment with Vira Safitri.
 

Udah kenal kan yaa sama mbak Vira? Udah tau kan buku karya mbak Vira? Yang belum kenalan, kenalan dulu yuk sama mbak Vira . Buat yang udah kenal, akan lebih mengenal dan jatuh cinta dengan karya-karyanya.. Ho.. ho.. ho..


Oke, simak yuk acara Bincang Santai bareng mbak Vira.. 


Hallo, mbak Vira​, apa kabarnya? Waaahhh, lagi sibuk apa nih sekarang, mbak?  

Halo, Asri. Kabarku baik,semoga kamu baik-baik juga ya di sana. Saat ini aku lagi sibuk menyelesaikan naskah novel selanjutnya, plus naskah skenario. Selain menulis fiksi, aku sedang mencoba peruntunganku sebagi dosen, setelah sebelumnya bekerja sebagai Public Relations di sebuah rumah sakit.
 
Ehm, mbak Vira, maaf yaa, ganggu waktunya sebentar. Boleh nanya-nanya kan, mbak? Ehm, mbak Vira, kalau boleh tau nih, hobi menulis itu sejak kapan sih, mbak? Ceritain dong, mbak, awal mula naskahnya diterbitin sama penerbit mayor di Indonesia, mbak? *semoga nantinya di dunia juga ya, mbak* Penasaran banget hehe..

Sebetulnya sebelum berjodoh dengan GPU, aku pun pernah menerbitkan sejumlah novel di penerbit lain ya. Dan ya, kisahku bisa bergabung dengan GPU itu agak unik memang. Tapi sebelumnya, aku ajak flashback dulu. Jadi aku memang hobi nulis sejak duduk di bangku SMP. Saat itu, terpikir untuk menjadi penulis pun tidak. Aku menulis karena senang membaca saja kala itu. Tetapi ketika panggilan untuk tetap menulis itu datang, barulah aku mulai menulis lebih intensif. Di tengah jalan, aku menemukan bahwa menulis itu tidak hanya membuatku bahagia tanpa sebab, tetapi sekaligus menjadi terapi bagiku. Di mana ketika menulis, somehow, aku merasa beban pikiranku terasa berkurang.

Terkait berkesempatan menjadi bagian dari penerbit GPU, itu hal yang prestisius memang. Terlebih sejak kecil aku tumbuh dengan buku-buku terbitan mereka. Jadi sekitar Desember tahun 2012, aku mengirim naskah Somewhere in Paris (SIP) ke GPU. Setelahnya aku mendapat surat konfirmasi yang intinya perlu enam bulan untuk penerbit me-review naskah, mengingat banyaknya naskah yang masuk setiap harinya.

Sambil menunggu konfirmasi kepastian terbit, aku pun berusaha produktif dengan menulis naskah yang lain yakni, New York After the Rain (NYATR). Begitu NYATR tuntas, aku pun kembali mengirim naskahnya ke GPU, sekitar awal tahun 2013.

Lalu pada bulan Juli tahun 2013, editor GPU menghubungiku dan berkata naskahku yang SIP lolos. Dan lucunya, beberapa minggu kemudian aku pun mendapat surat dari GPU yang mengatakan NYATR pun lolos, padahal editorku sebelumnya tidak tahu aku mengirim dua naskah ke GPU. Hha!

Sejak itu aku dan editor lebih banyak membahas hal-hal terkait naskah, sejak proses editing, revisi, desain cover, dan lain sebagainya.


Kalau boleh tau nih, mbak, ada alasan khusus nggak, mbak, mbak Vira memilih judul dari setiap novel mbak Vira dalam 2 bahasa, Inggris dan Indonesia. Boleh tau alasannya, mbak? Kemudian bisa diceritain nggak, mbak, kenapa mbak Vira, memilih genre romance dalam setiap karya mbak? Tertarik untuk mengambil genre lain, mbak, mungkin?

Tidak ada alasan khusus menggunakan judul novel dalam bahasa asing. Aku memilih judul yang kurasa mudah diingat, entah itu bahasa Indonesia, bahasa Inggris, tidak menutup kemungkinan aku menggunakan bahasa asing lainnya, selama judul itu terasa pas bagiku.

Kenapa aku memilih genre romance, sebetulnya aku tidak pernah memilih.Tugasku hanya menulis dan memberikan yang terbaik sebisaku untuk para pembaca, terkait genre itu murni berdasarkan penilaian editor. Karena editor lebih tahu lini yang sesuai untuk tulisan setiap penulisnya.

Aku sebetulnya kurang sreg saat digolongkan sebagai penulis satu genre saja, atau pun tulisanku dikotakkan hanya pada satu lini. Karena pada dasarnya aku senang menulis. Genre apa pun itu. Kalau pun saat ini aku lebih diketahui sebagai penulis romance, mungkin saat ini iya, aku tidak akan menampik. Mungkin keberuntunganku ini baru dalam genre romance saja.

Terkait genre tulisan, kalau boleh jujur, passion-ku yang terdalamsesungguhnya ada pada tulisan horor supranatural. Terkadang fantasi juga, atau bahkan action.Jadi jangankan untuk menulis novel genre lain, aku menulis naskah skenario juga.Sejauh ini aku sudah menyelesaikan tiga naskah skenario film horor yang sedang kuterjemahkan dalam bahasa Inggris.

Sebetulnya setiap genre memiliki tantangan serta tingkat kesulitannya masing-masing, jadi aku berusaha mengeksplorasi tiap genre untuk menghindari kejenuhanku pada genre yang itu-itu saja ya, Asri. Karena kalau terlalu lama mengendap pada satu genre, aku khawatir itu tidak lagi menjadi sesuatu yang fun untukku pribadi.


Adakah cerita di balik penulisan semua karya mbak Vira tersebut? Ada tantangan/kesulitan tersendiri nggak, mbak? Kalau ada, di cerita apa, bab berapa, mbak?

Sejujurnya, setiap naskah itu memiliki nasib yang berbeda-beda. Ada yang dipermudah, ada juga yang harus melewati serangkaian proses revisi. Mungkin SIP salah satu yang tersulit ya, karena naskah itu kutulis di tahun 2007. Jadi ketika aku harus merevisinya, aku menemukan sejumlah kendala, yang utama adalah hilangnya chemistry antara aku dan para tokoh SIP. Itu benar-benar menguras energiku, Asri. Mungkin karena sudah lama juga ya kutulisnya.


Lalu, di naskah Remember Amsterdam (RA). Awalnya, tokoh utama laki-laki di cerita itu kubuat meninggal. Saat itu aku lupa kalau lini Amore itu tidak boleh ada air mata di ujung kisah, atau intinya harus happy ending—ini kata editorku.Jadi ya, mau tidak mau cerita itu kurombak habis hingga bisa seperti sekarang.Memang, setiap naskah memiliki pahit-manisnya tersendiri.

Membicarakan kesulitan dalam dunia kepenulisan, ada hal yang tetap kuingat selama ini dan masih kerap melandaku di saat menyelesaikan naskah: “Bagian tersulit dalam menulis adalah menyelesaikan tulisanmu sendiri, dan bagian tersulit sebagai penulis adalah menjadi pembaca untuk tulisanmu sendiri.”

Menulis itu tidak semudah anggapan orang, Asri. Belum lagi membuat ending yang harus “memuaskan” pembaca. Despite your ability to write, you just can’t please everyone. Kan susah tuh. Apalagi selera pembaca tentu berbeda-beda. Ada yang senang dengan konflik sederhana, ada juga yang lebih senang dengan konflik yang rumit. Jadi ya sudahlah, aku hanya menulissesuai porsiku, berusaha menyajikan yang terbaik, dan terkait bagus-tidaknya, biarlah Goodreads yang menentukan. *ampun curcol*
 

Mbak Vira, apakah setiap kali mbak Vira menulis cerita selalu disertai dengan riset? Biasanya waktu yang dibutuhkan itu berapa lama, mbak? 

Riset itu mutlak. Waktu untuk riset tergantung ya, Asri. Dan biasanya jenis riset itu kan sesuai dengan signifikannya. Ada riset untuk pendalaman karakter para tokoh, ada riset untuk memperkaya konflik, ada riset untuk detail lokasi dalam cerita, hingga riset untuk menentukan desain cover nantinya.

Biasanya aku menulis sambil tetap riset juga, Asri. Karena riset itu adalah kewajiban penulis—yang dituntut harus bisa menjadi siapa pun, di mana pun, kapan pun, dan dengan cara apa pun. Sama halnya seperti membuat karya ilmiah. Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik tentu perlu riset yang mendalam ya. Kurang lebih menulis novel pun demikian.


Ada rencana nggak, mbak Vira, setelah Remember Amsterdam, akan ada karya terbaru mbak Vira yang akan terbit dalam waktu dekat ini? Atau ada rencana lain di dalam karir kepenulisan mbak Vira?

Saat ini aku sedang menyelesaikan naskah baru setelah RA. Doakan saja semoga diberi kelancaran hingga proses penerbitannya ya, Asri. Kalau untuk karir kepenulisan, aku masih betahmenjadi penulis fiksi. Entah di penerbitan sebagai novelis, entah di bidang perfilman sebagai screenwriter.Karena kebahagiaanku memang di bidang penulisan, jadi aku akan terus mengeksplorasi potensi yang kumiliki di sana.
 
 Mungkin, buat yang belum tau mengenai karya mbakVira, bisa diceritain sedikit mbak, mengenai karya-karya mbak secara singkat?  

Kalau diceritakan sepertinya nanti kurang surprise ya, Asri? Mungkin baiknya aku memberitahu sejumlah karyaku yang telah terbit dan profesi para tokohnya. Yang pertama berjudul Somewhere in Paris, di sini tokohnya seorang guru dan dokter spesialis bedah saraf. Kedua, berjudul New York After the Rain, di sini tokohnya adalah penulis dan sutradara. Sementara yang ketiga, Remember Amsterdam, tokohnya seorang pelukis kontemporer dan musisi. Pada dasaranya ketiga novel ini bergenre romance dengan konflik yang variatif. Ketiga novel ini bukan trilogi, tetapi biasanya salah satu tokoh di novel sebelumnya muncul di novel selanjutnya. Entah sebagai tokoh utama, bisa juga hanya sebagai figuran.
 Menurut mbak Vira sendiri, blogger buku itu penting nggak sih, mbak, dalam karir kepenulisan mbakVira saat ini? 

Blogger buku itu penting bagi karir kepenulisan seorang penulis. Pertama, blogger buku bisa diandalkan penulis terkaitreadership research, tentu kita sering mendengar ada blogger buku yang sudah membaca sebuah naskah seorang penulis jauh sebelum naskah itu diterbitkan. Biasanya, itu karena si penulis merasa perlu mendengarkanfeedback si blogger buku yang dalam hal ini menjadi first reader-nya tentang baik-buruk naskah yang ditulisnya, apakah ada yang kurang, apakah ada yang perlu ditambahkan, dan lain sebagainya, sebelum nashkah itu dibukukan.

Kedua, blogger buku bisa menjadi media partnership yang sangat strategis dalam hubungannya dengan penulis. Misalnya dari segipemasaran, blogger buku bisa meningkatkan penjualan produk (buku) si penulis, terlebih ketika blogger buku membantu promosi novel si penulis, bukankah hal ini bertujuan untuk merangsang pembaca agar tertarik untuk membeli buku si penulis itu sendiri?

Dan masihterkait promosi, blogger buku juga berperan penting “mengenalkan” si penulis pada pembaca, entah dalam bentuk interview atau review bukunya. Ini pun bertujuan agar penulis dapat mempertahankan eksistensinya di mata pembaca, para blogger buku, serta orang yang sama sekali tidak tahu apa pun tentang penulis.

Selain itu, blogger buku itu bisa dikatakan mitra kerja penulis, bahkan orang kepercayaan penulis.Kritik dan saran yang umumnya blogger buku lampirkan di setiap ulasan tentang buku si penulis cenderung membantu penulis itu sendiri lho. Coba bayangkan, tanpa adanya kritik hanya akan membuat penulis mana pun mengalami stagnasi di karir kepenulisannya.

 Yang terakhir ya, mbak Vira. Ada pesan nggak untuk para pembaca setia novel mbak Vira? Dan juga untuk para blogger buku, mbak?

Pesan untuk pembacaku, terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk membaca dan mereview bukuku ya.Dan jangan pernah jenuh menikmati karya-karyaku juga. Karena sesungguhnya setiap feedback dari pembaca membuka pikiranku untuk terus berkarya dan memberikan yang terbaik. Semoga tulisanku pun dapat menjangkau hati sekaligus menginspirasi para pembaca. Karena apalah arti sebuah karya jika tidak mampu menginspirasi orang lain.

Untuk para blogger buku, tetaplah mendampingi kami para penulis. Tetaplah menulis dengan jujur, karena feedback kalian bisa menentukan keberhasilan penulis juga di kemudian hari. Selain itu dengan terus menulis, kalian akan menemukan karakter penulisan kalian sendiri lho. Maka tidak salah, banyak pula blogger buku yang pada akhirnya menjadi penulis buku.

Terakhir, sekali lagi kuucapkan terima kasih yang terdalam untuk pembaca dan para blogger buku. Biar bagaimana pun tanpa kalian dan pembaca lainnya, kami penulis—hanya pemimpi sertaamatir yang terus menulis tanpa ada yang memperhatikan dan mengabadikan.
 
***
Gimana bincang santai Peek A Book bareng mbak Vira? Asyik kan? Seru banget kan? Jadi, tambah bikin nggak sabar menanti karya selanjutnya, lagi dan lagi. Kira-kira apakah karya selanjutnya sesuai dengan apa yang mbak Vira cita-citakan? Hmm.. Kita tunggu saja tanggal mainnya.  
Makasih banyak, mbak Vira, sudah bersedia meluangkan waktunya untuk berbincang-bincang santai sama Peek A Book. Semoga dengan ini bisa menjadikan kita makin akrab yaa, mbak *akrab, catet*. Hi.. hi.. hi..
Untuk karya dari Vira Safitri yang sudah terbit adalah :
 25625311  23626898  20456706  29097713 
Asyikkk, kelar sudah bincang santai Peek A Book bersama dengan Vira. Diantara karya-karya Vira di atas, manakah yang sudah kalian baca? Don't go anywhere, tetap stay tune yaaa di blog Peek A Book.
***
Bincang santai ini menjadi pilihan dari Peek A Book untuk ikut meramaikan postingan di blog ini. Semoga dengan adanya postingan ini, semakin menambah pertemanan di antara para blogger dan penulis yaaa..
*** 
Kamu bisa menemukan kesehariannya di Twitter | Goodreads

No comments:

Post a Comment

Feel free to leave comments ya :)
Any comments about anything, except SPAM is welcome.

Thank you for visiting, sobat! :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...